Minggu, 16 Mei 2010

Artikel Contoh Perilaku Politik di Tempat Kerja

‘KLIK’ DI DALAM PERUSAHAAN


Klik adalah sekumpulan orang yang membela kepentingan diri mereka atau golongannya sendiri. Klik dalam perusahaan biasanya terkait dengan kepentingan kekuasaan, keuntungan finansial, kebanggaan suatu unit kerja, dan kepentingan pribadi. Klik-klik ini akan semakin berkembang manakala tidak ada tindakan dari manajemen puncak untuk mencegahnya. Bahkan dia sepertinya tidak mampu menangani “perang” konflik antarklik.

Konflik yang terjadi antar unit sering disebabkan oleh kebanggaan sempit. Misalnya, masing-masing unit membangun kebanggaan tersendiri bahwa unit-nya lah yang paling berperan dalam perusahaan. Contohnya, pada perusahaan X (tidak mau disebut nama perusahaannya), unit produksi dan unit pemasaran merasa dirinya paling berperan. Unit produksi merasa perusahaan tidak akan mampu memenuhi permintaan pasar kalau tidak didukung unit produksi. Sementara unit pemasaran merasa bahwa unit produksi tidak akan mampu melakukan kegiatan produksi kalau tidak ada informasi pasar. Unit pemasaran inilah yang melakukan survei pasar. Begitu pula unit-unit lainnya, seperti unit sumber daya manusia (SDM), merasa paling berperan karena tak akan mungkin semua proses bisnis berjalan lancar tanpa didukung jumlah dan mutu SDM yang memadai. Tanpa disadari mereka telah membangun “kerajaan” klik di tiap unitnya.

Perang klik tentunya akan mengganggu jalannya perusahaan. Kalau tidak ditangani akan memperparah keberhasilan suatu proses bisnis. Karena itu manajemen puncak harus mengembangkan cara-cara berpikir dan bertindak serba sistem di kalangan karyawan dan manajernya. Perlu dikembangkan budaya sistem kerja yang efektif yakni saling berkaitannya antarsubsistem perusahaan untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan pendekatan ini maka kebanggaan sempit di tiap unit bisa ditekan sedemikian rupa menjadi kebanggaan bekerja secara kolektif. Antar unit akan mampu bekerjasama dalam suasana kesetaraan peran. Mereka tidak lagi bekerja seolah-olah sendiri namun saling bergantung. Mereka bekerja  secara sinergis dalam kerangka sistem manajemen yang utuh. Ketika itu terjadi, maka klik-klik yang ada akan semakin hilang dengan sendirinya diganti dengan suatu sistem bangunan perusahaan yang tangguh.

Sabtu, 01 Mei 2010

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sumber pengaruh ini bisa jadi bersifat forma, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam sebuah organisasi. Karena posisi manajemen memiliki tingkat otoritas yang diakui secara formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisinya dalam organisai tersebut. Namun tidak semua pemimpin adalah manajer, demikian pula sebaliknya, tidak semua manajer adalah pemimpin. Hanya karena suatu organisasi memberikan hak-hak formal tertentu kepada para manajernya, bukan jaminan bahwa mereka mampu memimpin dengan efektif.

 

Ciri Kepemimpinan Efektif

·         timbul rasa mantap pada diri bawahan, percaya pada atasan, reaksi puas dan peningkatan  diri

·         bawahan percaya pada pemimpin-nya

·         tercipta hubungan kerjasama yang kondusif

·         siap pecahkan masalah, tidak lari dari kenyataan

·         merangsang dan mengembangkan pola pikir yang berorientasi pada tujuan organisasi

 

Suatu organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang kuat agar efektivitasnya optimal. Perbedaan antara manajer dan pemimpin adalah dalam hal tugas dan tanggung jawab, yaitu sebagai berikut:

·         Pemimpin untuk menghadapi status quo atau memulai perubahan, merumuskan visi untuk masa depan, dan menjadi inspirator bagi seluruh anggota organisasi

·         Manajer untuk merumuskan rencana-rencana secara detail, menciptakan struktur organisasi yang efisien, dan mengelola aktifitas operasional harian


Teori Sifat Kepemimpinan (Trait Theories of  Leadership)

Teori sifat kepemimpinan (Trait Theories of  Leadership) adalah teori-teori yang berpandangan bahwa kepribadian, status sosial, tampilan fisik atau kecerdasan yang dimiliki seseorang (sejak lahir atau karena keturunan), yang menjadikan dia seorang pemimpin.

Teori ini membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi.

Sebuah terobosan muncul ketika para peneliti mulai mengelompokkan sifat-sifat kepemimpinan ke dalam kerangka kepribadian Model Lima Besar, yaitu:

·         Ekstraversi

·         Kemampuan bersepakat

·         Stabilitas Emosi

·         Sifat berhati-hati (Conscientiousness)

·         Keterbukaan terhadap hal baru (Openness to Experience)

Suatu kajian yang komprehensif mengenai literatur kepemimpinan yang mengacu pada model lima besar menemukan bahwa ekstraversi (ambisi dan energi) merupakan sifat terpenting dari pemimpin yang efektif.

Kepribadian, status sosial, tampilan fisik atau kecerdasan dapat menjadikan seseorang sebagai pemimpin, namun bukan menjadi jaminan bahwa dia akan berhasil memimpin organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi.

 

 Teori Perilaku Kepemimpinan (Behavioral Theories of  Leadership)

Teori perilaku kepemimpinan (Behavioral Theories of  Leadership) adalah teori-teori yang mengedepankan perilaku-perilaku spesifik (yang dapat dipelajari) yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.

Dalam bagian ini, kita melihat teori perilaku kepemimpinan yang berbeda dengan teori sifat kepemimpinan. Namun demikian, kita terlebih dahulu akan menimbang implikasi-implikasi praktis dari pendekatan perilaku. Bila berhasil baik, pendekatan perilaku pada kepemimpinan akan memiliki implikasi-implikasi yang sangat berbeda dari pendekatan sifat.

Pendekatan sifat menyediakan suatu landasan untuk memilih orang-orang yang ‘tepat’ yang akan menerima posisi formal dalam kelompok dan organisasi yang membutuhkan kepemimpinan. Sebaliknya, apabila pendekatan perilaku digunakan sebagai faktor penentu perilaku kepemimpinan yang terutama, maka kita bisa ‘melatih’ orang-orang untuk menjadi pemimpin.

 

Teori Kemungkinan (Contingency Theories)

Keyakinan bahwa pola kepemimpinan akan selalu cocok atau sesuai untuk semua situasi, ternyata belum tentu benar.

Beberapa pendekatan untuk mengisolasi variabel-variabel situasional yang utama telah terbukti lebih berhasil bila dibandingkan dengan yang lain, dan sebagai kosekuensinya, memperoleh pengakuan yang lebih luas. Pada bagian ini, kita akan membahas lima dari pendekatan-pendekatan tersebut, yaitu:

·         Model Fielder

Model kemungkinan Fielder (Fielder Contingency Model) menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya pemimpin dan sejauh mana situasi tersebut memberikan kendali kepada pemimpin tersebut.

·         Teori Situasional Hersey dan Blanchard

Teori kepemimpinan situasional (Situational Leadership Theory) adalah sebuah teori kemungkinan yang berfokus pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang benar, yang menurut Hersey dan Blanchard bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut.

·         Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota

Teori pertukaran pemimpin-anggota (Leader-Member Exchange Theory) menyatakan bahwa karena tekanan waktu, pemimpin membangun suatu hubungan khusus dengan suatu kelompok kecil dari para pengikutnya.

·         Teori Jalan-Tujuan

Inti dari teori jalan-tujuan (Path-Goal Theory) adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan oleh para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka.

·         Model Pemimpin-Partisipasi

Model pemimpin-partisipasi (Leader-Participation Model) mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan.


Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership)

Teori kepemimpinan karismatik (Charismatic Leadership) adalah rasa hormat pengikut timbul dari hasil pengamatan atas perilaku (yang mencerminkan pengorbanan atau menunjukkan adanya kemampuan lebih) pemimpinnya.

Ciri-ciri teori kepemimpinan karismatik, antara lain:

·         memiliki visi serta dapat menjelaskan secara jelas dan lugas

·         rela berkorban atau menanggung resiko secara pribadi

·         mampu (secara realistis) melihat hambatan-hambatan dan mendapatkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk melakukan perubahan atau perbaikan

·         terbuka terhadap pendapat lain dan cepat tanggap atas kebutuhan pengikutnya

·         berperilaku melawan arus (unconventional)

 

 Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership)

Teori kepemimpinan transformasional (Transformational Leadership) adalah pola kepemimpinan yang memberikan perhatian secara individual dan setara kepada seluruh pengikutnya, dalam bentuk inspirasi, peningkatan kemampuan intelektual, dan pengembangan wawasan dengan tujuan untuk mendapatkan ‘extra efforts’.

Prosesnya adalah untuk meningkatkan kebutuhan anggota ke arah:

·         Self-directing: visi pribadi, aspirasi ke masa depan

·         Self-reinforcing: menghargai prestasi sendiri, melakukan studi banding dengan orang lain untuk pengembangan diri

·         Self-actualizing: menggunakan potensi pribadi secara maksimal ke arah keunggulan, berani hadapi tantangan

·         Self-regulating: proaktif, disiplin pribadi

·         Self-controlling: pegendalian diri yg matang